Apakah anda tahu bahwa Candi Borobudur merupakan candi terbesar
peninggalan abad ke 9. Candi ini terlihat begitu impresif dan kokoh
sehingga terkenal seantero dunia. Peninggalan sejarah yang bernilai
tinggi ini sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Namun tahukah Anda bahwa seperti halnya pada bangunan purbakala yang
lain, Candi Borobudur tak luput dari misteri mengenai cara pembuatannya?
Misteri ini banyak melahirkan pendapat yang spekulatif hingga
kontroversi.
Dengan
beberapa catatan dan referensi yang terbatas, saya coba menganalisis
dan sedikit menguak tabir misteri pembuatan candi ini yang ternyata
tidak perlu di-misteri-kan!
Desain Candi
Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam
pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar
melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar
di semua pelatarannya beberapa stupa.
Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit
kecil yang memanjang dengan arah Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara
dengan ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 34.5 m diukur
dari permukaan tanah datar di sekitarnya dengan puncak bukit yang rata.
Candi Borobudur juga terlihat cukup kompleks dilihat dari bagian-bagian
yang dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk
persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief
sebanyak 1460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.
Material Penyusun Candi
Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi
Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk
bukit. Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan
pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi.
Menurut Sampurno Tanah ini ditambahkan di atas tanah asli sebagai
pengisi dan pembentuk morfologi bangunan candi. Tanah urug ini sudah
dibuat oleh pendiri Candi Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan
restorasi. Ketebalan tanah urug ini tidak seragam walaupun terletak pada
lantai yang sama, yaitu antara 0,5-8,5 m.
Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang
tinggi, kadar porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu
dengan yang lain tidak berhubungan.
Kuat tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan
batuan sejenis. Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat
tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281
kg/cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.
Misteri Cara Membangun Candi
Data mengenai candi ini baik dari sisi design, sejarah, dan falsafah
bangunan begitu banyak tersedia. Banyak ahli sejarah dan bangunan
purbakala menulis mengenai keistimewaan candi ini.
Hasil penelusuran data baik di buku maupun internet, tidak ada satupun
yang sedikit mengungkapkan mengenai misteri cara pembangunan candi.
Satu-satunya informasi adalah tulisan mengenai sosok Edward Leedskalnin
yang aneh dan misterius.
Dia mengatakan “Saya telah menemukan rahasia-rahasia piramida dan
bagaimana cara orang Mesir purba, Peru, Yucatan dan Asia (Candi
Borobudur) mengangkat batu yang beratnya berton-ton hanya dengan
peralatan yang primitif.”
Edward adalah orang yang membangun Coral Castle yang terkenal. Beberapa
orang lalu memperkirakan bagaimana cara kerja dia untuk mengungkap
misteri tentang pengetahuan dia bagaimana bangunan purba dibangun.
Berikut pendapat beberapa orang dan ahli mengenai cara Edward membangun Coral Castle:
Ada yang mengatakan bahwa ia mungkin telah berhasil menemukan rahasia
para arsitek masa purba yang membangun monumen seperti piramida dan
Stonehenge.
Ada yang mengatakan mungkin Edward menggunakan semacam peralatan anti gravitasi untuk membangun Coral Castle.
David Hatcher Childress, penulis buku Anty Gravity and The World Grid,
memiliki teori yang menarik. Menurutnya wilayah Florida Selatan yang
menjadi lokasi Coral Castle memiliki diamagnetik kuat yang bisa membuat
sebuah objek melayang.
Apalagi wilayah Florida selatan masih dianggap sebagai bagian dari
segitiga bermuda. David percaya bahwa Edward Leedskalnin menggunakan
prinsip diamagnetik jaring bumi yang memampukannya mengangkat batu besar
dengan menggunakan pusat massa.
David juga merujuk pada buku catatan Edward yang ditemukan yang memang
menunjukkan adanya skema-skema magnetik dan eksperimen listrik di
dalamnya. Walaupun pernyataan David berbau sains, namun prinsip-prinsip
esoterik masih terlihat jelas di dalamnya.
Penulis lain bernama Ray Stoner juga mendukung teori ini. Ia bahkan
percaya kalau Edward memindahkan Coral Castle ke Homestead karena ia
menyadari adanya kesalahan perhitungan matematika dalam penentuan lokasi
Coral Castle. Jadi ia memindahkannya ke wilayah yang memiliki
keuntungan dalam segi kekuatan magnetik.
Akhirnya didapat foto yang berhasil diambil pada waktu Edward
mengerjakan Coral Castle menunjukkan bahwa ia menggunakan cara yang sama
yang digunakan oleh para pekerja modern, yaitu menggunakan prinsip yang
disebut block and tackle.
Beda Coral Castle beda pula Candi Borobudur. Coral Castle masih menungkinkan menggunakan Block dan Tackle. Untuk Candi Borobudur rasanya block dan tackle pun masih belum ada. Lalu bagaimana sebenarnya cara membuat Candi ini?.
Misteri yang belum terungkap berdasarkan informasi di atas. Saya coba
mulai berfikir ulang terlepas dari misteri dengan mencoba menganalisis
data-data yang ada.
Ada beberapa aspek yang diperhatikan sebelum memperkirakan bagaimana candi ini dibangun, yaitu:
Bentuk bangunan. Candi ini berbentuk tapak persegi ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 42 m. Luas 15.129 m2.
Volume material utama. Material utama candi ini adalah batuan andesit
berporositas tinggi dengan berat jenis 1,6-2,0 t/m3. Diperkirakan
terdapat 55.000 m3 batu pembentuk candi atau sekitar 2 juta batuan
dengan ukuran batuan berkisar 25 x 10 x 15 cm. Berat per potongan batu
sekitar 7,5 – 10 kg.
Konstruksi bangunan. Candi borobudur merupakan tumpukan batu yang
diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan
merupakan tumpukan batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat
berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan
candi.
Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk.
Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar candi borobudur.
Candi borobudur merupakan bangunan yang kompleks dilihat dari
bagian-bagian yang dibangun. Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6
berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar
relief sebanyak 1460 panel. Terdapat 505 arca yang melengkapi candi.
Teknologi yang tersedia. Pada saat itu belum ada teknologi angkat dan
pemindahan material berat yang memadai. Diperkirakan menggunakan metode
mekanik sederhana.
Perkiraan jangka waktu pelaksanaan. Tidak ada informasi yang akurat.
Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa candi borobudur dibangun mulai
824 m – 847 m. Ada referensi lain yang menyebut bahwa candi dibangun
dari 750 m hingga 842 m atau 92 tahun.
Pembangunan candi dilakukan bertahap. Pada awalnya dibangun tata susun
bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. Tetapi
kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
Tahap kedua, pondasi borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak
persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk
besar.
Tahap ketiga, undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar
dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun
pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat, ada perubahan kecil, yakni pembuatan relief perubahan pada tangga dan pembuatan lengkung di atas pintu.
Suatu hal yang unik, bahwa candi ini ternyata memiliki arsitektur dengan
format menarik atau terstruktur secara matematika. Setiap bagain kaki,
badan dan kepala candi selalu memiliki perbandingan 4:6:9.
Penempatan-penempatan stupanya juga memiliki makna tersendiri, ditambah
lagi adanya bagian relief yang diperkirakan berkatian dengan astronomi
menjadikan borobudur memang merupakan bukti sejarah yang menarik untuk
di amati.
Jumlah stupa di tingkat arupadhatu (stupa puncak tidak di hitung)
adalah: 32, 24, 26 yang memiliki perbandingan yang teratur, yaitu 4:3:2,
dan semuanya habis dibagi 8.
Ukuran tinggi stupa di tiga tingkat tsb. Adalah: 1,9m; 1,8m;
masing-masing bebeda 10 cm. Begitu juga diameter dari stupa-stupa
tersebut, mempunyai ukuran tepat sama pula dengan tingginya : 1,9m;
1,8m; 1,7m.
Beberapa bilangan di borobudur, bila dijumlahkan angka-angkanya akan
berakhir menjadi angka 1 kembali. Diduga bahwa itu memang dibuat
demikian yang dapat ditafsirkan : Angka 1 melambangkan ke-esaan sang
adhi buddha.
Jumlah tingkatan borobudur adalah 10, angka-angka dalam 10 bila dijumlahkan hasilnya : 1 + 0 = 1.
Jumlah stupa di arupadhatu yang didalamnya ada patung-patungnya ada : 32
+ 24 + 16 + 1 = 73, angka 73 bila dijumlahkan hasilnya: 10 dan seperti
diatas 1 + 0 = 10.
Jumlah patung-patung di borobudur seluruhnya ada 505 buah. Bila
angka-angka didalamnya dijumlahkan, hasilnya 5 + 0 + 5 = 10 dan juga
seperti diatas 1 + 0 = 1.
melihat data-data di atas, tentunya masih bersifat perkiraan, saya
mencoba memberikan beberapa analisa yang mudah-mudahan dapat dikomentari
sebagai usaha kita menguak misteri yang ada sebagai berikut:
1. dari data yang ada disebutkan bahwa ukuran batu candi adalah sekitar
25 x 10 x 15 cm dengan berat jenis batu adalah 1,6 – 2 ton/m3, ini
berarti berat per potongan batu hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk
berat jenis 2 t/m3).
Potongan batu ternyata sangat ringan. Untuk batuan seberat itu, rasanya
tidak perlu teknologi apapun. Masalah yang mungkin muncul adalah medan
miring yang harus ditempuh. Medan miring secara fisika membuat beban
seolah-olah menjadi lebih berat.
Hal ini karena penguraian gaya menyebabkan ada beban horizontal sejajar
kemiringan yang harus dipikul. Namun dengan melihat kenyataan bahwa
berat per potongan batu adalah hanya 7.5 kg, rasanya masalah medan
miring yang beundak-undak tidak perlu dipermasalahkan.
Kesimpulannya adalah proses pengangkutan potongan batu dapat dilakukan dengan mudah dan tidak perlu teknologi apapun.
2. sumber material batu diambil dari sungai sekitar candi. Hal ini
berarti jarak antara quarry dan site sangat dekat. Walaupun jumlahnya
mencapai 2.000.000 potongan, namun ringannya material tiap potong batu
dan dekatnya jarak angkut, hal ini berarti proses pengangkutan pun dapat
dilakukan dengan mudah tanpa perlu teknologi tertentu.
3. candi dibangun dalam jangka waktu yang cukup lama. Ada yang
mengatakan 23 tahun ada juga yang mengatakan 92 tahun. Jika berasumsi
paling cepat 23 tahun. Mari kita berhitung soal produktifitas pemasangan
batu.
Jika persiapan lahan dan material awal adalah 2 tahun, maka masa
pemasangan batu adalah 21 tahun atau 7665 hari. Terdapat 2 juta potong
batu. Produktifitas pemasangan batu adalah 2000000/7665 = 261 batu/hari.
Produktifitas ini rasanya sangat kecil. Tidak perlu cara apapun untuk
menghasilkan produktifitas yang kecil tersebut. Apalagi menggunakan data
durasi pelaksanaan yang lebih lama.
4. lamanya proses pembuatan candi dapat disebabkan ada
perubahan-perubahan design yang dilakukan selama pelaksanaannya. Hal ini
mungkin dikeranakan adanya pergantian penguasa (raja) selama proses
pembangunan candi.
5. borobudur dilihat secara fisik begitu impresif. Memiliki 10 lantai
dengan bentuk persegi dan lingkaran. Memiliki relief sepanjang dinding
dan arca dalam jumlah yang banyak. Candi ini begitu memperhatikan
falsafah yang terkandung dalam ukuran-ukurannya. Hal ini membuktikan
bahwa candi dibangun dengan konsep design yang cukup baik.
6. candi borobudur adalah candi terbesar. Candi borobudur juga terlihat
kompleks dilihat dari design arsitekturalnya terdiri dari 10 tingkat
dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi
dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1460 panel.
Terdapat 504 arca yang melengkapi candi. Ini jelas bukan pekerjaan
design dan pelaksanaan yang gampang. Kesimpulannya candi borobudur yang
bernilai dari sisi design baik teknik sipil maupun seni arsitektur
membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang matang dari aspek design
maupun cara pelaksanaannya. Saya berkesimpulan candi ini dibangun dengan
manajemen proyek yang sudah cukup baik.
Kesimpulan
kesimpulan-kesimpulan di atas akhirnya membawa saya pada suatu
kesimpulan umum bahwa candi borobudur berbeda dengan bangunan pubakala
lainnya yang dipenuhi misteri dan mistis. Candi ini lebih dapat
dijelaskan dengan konsep fisika sederhana. Cara membangun candi ini
bukanlah suatu hal yang dianggap misteri apalagi mistis.
Candi ini lebih bernilai dan terkenal bukan pada misteri-misteri yang
berserakan, tapi candi ini memiliki nilai design aristektur dan teknik
sipil serta kemampuan manajemen proyek yang tinggi yang menunjukkan
kemajuan pemikiran para pendahulu bangsa kita. Kita patut bangga!
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar